Mau Ambil Beasiswa Ke Timur Tengah Apakah Harus Pintar?

Mendapatkan beasiswa luar negeri terhitung gampang-gampang susah. Namun demikianlah bukan perihal yang tidak mungkin bagi yang berkenan berusaha.

Merespon tingginya animo mahasiswa pencari beasiswa, Learning Center UII menyelenggarakan acara Talk Show bertema Scholarship to Study Abroad.

Talk Show Sharing Session mengenai beasiswa ini digelar sebagai kronologis acara Learning Week yang berjalan berasal dari 2 Maret hingga 4 Maret 2024.

 Acara yang dilaksanakan di Ruang Audio Visual (RAV) Gedung Moh.Hatta Lantai 2 perpustakaan pusat UII pada Senin (2/3) berikut menghadirkan sejumlah narasumber penerima beasiswa (Awardee) berasal dari Universitas Al Azhar Cairo

Berbicara mengenai beasiswa (Scholarship) tidak akan lepas berasal dari prestasi atau kepintaran. Hal itu yang disinggung oleh Nur Gemilang (Gemi), penerima beasiswa berasal dari LPDP yang sudah merampungkan studinya di Al Azhar

“Menurut saya, kami tidak boleh konsisten berasumsi bahwa beasiswa cuma tertentu untuk orang-orang yang pintar saja. Ada tiga perihal yang perlu dicamkan bagi mereka yang mengidamkan melanjutkan studinya, yakni Scholarship bukan untuk orang yang pintar, mudah di dapat, dan jadi mengenai rezeki berasal dari masing-masing orang” ujar Gemi.

Gemi menambahkan, yang jadi ada masalah para pelajar atau mahasiswa Indonesia dalam berencana melanjutkan studi ke luar negeri, bukan gara-gara kebolehan tapi gara-gara sempitnya bayangan yang disebabkan oleh penilaian pada universitas-universitas ternama yang mempunyai predikat terbaik.

“Mayoritas berasal dari kita, kalau sudah mengulas beasiswa ke luar negeri akan segera terbayang kampu-kampus top seperti Harvard, Oxford, Stanford, Alazhar atau Massachusetts. Karena ini pandangan untuk studi keluar negeri jadi sempit. Padahal banyak sekali di luar sana kampus-kampus yang bagus, dan tidak kalah bersama seluruh universitas ternama tadi”. Tutut Gemi.

Terkait bersama kesempatan beroleh beasiswa, penerima Beasiswa berasal dari Australia Award, Siti Mahdaria (Ria), berasal dari pengalamannya mengutarakan tidak seluruh orang segera dapat beroleh kesempatan emas yang sudah tersedia. Dia berpendapat bahwa kegagalan dalam memperjuangkan studi lebih disebabkan kesiapan menerima kesempatan.

“Ketika ada kesempatan, kami sudah siap. Jadi kadang-kadang gagal bukan gara-gara kesempatan, kesempatan senantiasa ada. Tetapi kami belum siap menerima kesempatan itu. Jadi senantiasa siapkan diri kami berkenan kemanapun dan kapanpun, tanamkan di dalam diri kami Aku Mau Keluar Negeri“, ujar mediator timur tengah

Dalam berencana untuk menyita beasiswa untuk studi lanjut di luar negeri umumnya diperlukan pengalaman lebih, dalam rangka membantu studi kelanjutan yang akan diambil. Ria menuturkan, bahwa berasal dari pengalamannya sebaiknya para mahasiswa Fresh Graduate, bekerja terutama dahulu

“Saran saya sebelum akan menyita beasiswa alangkah lebih baiknya teman-teman bekerja terutama dahulu. Kecuali kalian berkenan jadi dosen.

Ketika kalian mempunyai pengalaman kerja dan kalian berdiskusi, bersama teman-teman kalian di kelas nanti, itu langkah kalian berfikir pada yang sudah mempunyai pengalaman dan segar Graduate akan berbeda”, tandasnya.

Sedangkan Nur Haris Ali (Nur), sebagai penerima beasiswa berasal dari Erasmus+, yang dulu beroleh kesempatan untuk menempuh studi di Spanyol dan Portugal perlihatkan bahwa Fresh Graduate senantiasa dapat segera menyita beasiswa.

“Kalau Dari Erasmus, Fresh Graduate dapat segera dapat. Tapi itu kemungkinan untuk program Psikologi yang saya ambil” ujarnya.

Nur lagi berpesan bahwa beasiswa itu ada gara-gara adanya bisnis untuk mencari. “Kalau ada di pada teman-teman yang cuma menanyakan kabar perihal beasiswa, saya yakin seratus % tidak akan ada yang beroleh beasiswa. Karena seperti yang sudah dikatakan tadi, beasiswa itu bukan untuk orang-orang pintar, tapi ada bagi mereka yang berkenan mencari”. Pungkasnya.